Note

Bursa Asia Beragam usai Rencana Intervensi Pasar China

· Views 63
Bursa Asia Beragam usai Rencana Intervensi Pasar China
Bursa Asia Beragam usai Rencana Intervensi Pasar China. (Foto: Reuters)

IDXChannel - Bursa saham Asia bergerak beragam pada perdagangan Rabu (24/1/2024).

Indeks Hang Seng Hong Kong masih melanjutkan kenaikan diikuti oleh indeks Shanghai Composite China.

Baca Juga:
Bursa Asia Beragam usai Rencana Intervensi Pasar China Penurunan Harga Tak Wajar, Saham MAYA Masuk Radar UMA BEI

Sementara, indeks KOSPI Korea Selatan, indeks Nikkei 225 Jepang dan indeks ASX 200 Australia justru melemah.

Pada pukul 09.30 WIB, indeks Hang Seng Hong Kong meroket 1,5 persen di level 15.583,62. Sementara indeks KOSPI Korea Selatan turun 0,46 persen di level 2.467. Pada saat bersamaan, indeks Shanghai Composite China bertenaga 0,045 persen di level 2.772.

Baca Juga:
Bursa Asia Beragam usai Rencana Intervensi Pasar China Wijaya Karya (WIKA) Siap Gelar Rights Issue 92,23 Miliar Saham, Catat Jadwalnya

Indeks ASX 200 di Australia melemah 0,13 persen di level 7.505, sementara indeks Nikkei 225 Jepang melemah pada perdagangan pagi ini dengan penurunan 0,7 persen di level 36.260. (Lihat grafik di bawah ini.)

Bursa Asia Beragam usai Rencana Intervensi Pasar China

Baca Juga:
Bursa Asia Beragam usai Rencana Intervensi Pasar China Petinggi CUAN Borong Saham Perseroan di Rp8.850

Sementara dari Tanah Air, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) malah dibuka melemah 0,48 persen pada waktu yang sama di level 7.224. Pada sesi sebelumnya, IHSG ditutup hijau 0,11 persen ke level 7.256 pada Selasa (23/1).

Bursa Wall Street Amerika Serikat ditutup beragam dengan indeks S&P 500 mencapai rekor penutupan tertinggi dan Dow Jones melemah pada perdagangan Selasa (23/1/2024) waktu setempat.

Hal itu karena investor mencerna beragam hasil laporan keuangan awal kuartalan dari sejumlah perusahaan dan menunggu serangkaian laporan tambahan dari Tesla dan perusahaan lain akhir pekan ini.

Indeks S&P 500 naik 0,29 persen mengakhiri sesi pada 4.864,59 poin. Kemudian Nasdaq menguat 0,43 persen menjadi 15.425,94 poin, sedangkan Dow Jones Industrial Average turun 0,25 persen menjadi 37.905,45 poin.

Indeks Nikkei 225 Jepang hari ini meluncur untuk sesi kedua berturut-turut sehari setelah Bank of Japan mempertahankan kebijakan moneternya tidak berubah pada pertemuan Selasa (23/1). Namun, pernyataan terbaru Gubernur Kazuo Ueda mengenai inflasi menandakan kecenderungan hawkish.

Ueda mengatakan kemungkinan pencapaian target inflasi 2 persen secara berkelanjutan dengan kenaikan upah secara bertahap meningkat, dan bank sentral akan mengkaji ulang program stimulus besar-besaran jika tren ini terus berlanjut.

Sementara itu, investor mencerna data yang menunjukkan aktivitas sektor swasta Jepang yang mencapai titik tertinggi dalam empat bulan pada bulan Januari karena kuatnya pertumbuhan sektor jasa, sementara ekspor negara tersebut tumbuh lebih dari perkiraan pada Desember.

Penurunan signifikan terlihat dari indeks kelas berat seperti Tokyo Electric Power (-1,7 persen), Mitsubishi Corp (-1,7 persen), Sony Group (-1,4 persen), Nippon Steel (-1,1 persen) dan Nintendo (-1 persen).

Australia juga baru saja melaporkan data terbaru PMI Manufaktur Judo Bank Australia yang naik menjadi 50,3 pada Januari 2024 dari 47,6 pada bulan sebelumnya.

Data terbaru ini mengakhiri kontraksi sektor manufaktur selama sepuluh bulan, didukung oleh penurunan waktu tunggu yang signifikan, ditandai dengan perpanjangan waktu pengiriman pemasok yang paling lama sejak Agustus 2022. Hal ini disebabkan oleh keterlambatan pengiriman yang disebabkan oleh kemacetan pelabuhan dan konflik di Timur Tengah.

Meskipun pesanan dan output baru yang masuk tetap mengalami kontraksi, tingkat penurunannya berkurang dibandingkan bulan Desember 2023. Lapangan kerja juga menurun namun dengan laju yang lebih lambat. Selain itu, kepercayaan dunia usaha mencapai titik tertinggi dalam lima bulan.

PMI Manufaktur au Jibun Bank Jepang juga baru rilis dan berada di level 48,0 pada bulan Januari 2024, sedikit naik dari angka akhir sebesar 47,9 pada bulan Desember yang merupakan angka terendah dalam sepuluh bulan.

Sayangnya, angka ini kurang dari perkiraan pasar sebesar 48,2, menurut perkiraan awal. Ini merupakan kontraksi aktivitas pabrik selama delapan bulan berturut-turut di tengah penurunan output dan pesanan baru, dengan penurunan output paling lambat dalam tiga bulan terakhir.

Pesanan baru turun tajam, dengan pesanan ekspor baru menyusut lebih besar dibandingkan bulan November 2023.

Akibatnya, lapangan kerja mengalami penurunan setelah meningkat pada bulan sebelumnya, dengan jumlah pekerjaan yang menumpuk menurun lebih cepat, dan putaran terakhir penipisan ini merupakan yang paling parah sejak bulan Agustus 2020.

Dari sisi harga, inflasi harga input sedikit berkurang, sementara inflasi harga output melambat. ke tingkat paling lemah sejak Juni 2021. Terakhir, sentimen bisnis melemah namun tetap positif.

Sementara saham Shanghai China menguat karena rencana Perdana Menteri Li Qiang yang menyerukan tindakan “kuat” untuk menstabilkan pasar.

Melansir laporan South China Morning Post (SCMP), Selasa (23/1), dilaporkan Perdana Menteri Li meminta para pejabat untuk “secara giat meningkatkan kualitas dan nilai investasi perusahaan-perusahaan yang terdaftar, meningkatkan masuknya dana jangka menengah dan panjang ke pasar, dan meningkatkan stabilitas pasar.

Pernyataan tersebut dikeluarkan saat PM Li memimpin pertemuan Dewan Negara di Beijing pada Senin (22/1), beberapa jam setelah indeks saham acuan di China sebagian besar merosot ke posisi terendah baru.

Para pengambil kebijakan China kini sedang mempertimbangkan langkah-langkah intervensi yang jarang terjadi saat mereka berupaya mengakhiri krisis harga saham yang telah menghapuskan lebih dari USD6 triliun kapitalisasi pasar saham China sejak tahun 2021, menurut Bloomberg.

Beijing dapat menyiapkan dana stabilisasi pasar sebesar 2 triliun yuan (setara USD280 miliar) yang akan diambil dari rekening luar negeri milik bisnis pemerintah. Angka ini jika dirupiahkan setara Rp4.402,22 triliun (kurs Rp15.722). (ADF)

Disclaimer: The content above represents only the views of the author or guest. It does not represent any views or positions of FOLLOWME and does not mean that FOLLOWME agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the FOLLOWME community, the community does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

FOLLOWME Trading Community Website: https://www.followme.com

If you like, reward to support.
avatar

Hot

No comment on record. Start new comment.